al-Qomus al-Muhit



Nama kitab : al-Qomus al-Muhit
Jilid : 1 (1534 hal)
Pengarang : Abu Tahir Muhammad bin Yakkub bin Muhammad al-Fairuzabadi /
                        Imam Abu Tahir Majid ad-Din Muhammad al-Fairuzabadi
Nama popular : Fairuzabadi
Penerbit :  Mu'assassat al-Risalah  Beirut, Lebanon

Biografi Penulis
Nama lengkap : Abu Tahir Muhammad bin Yakkub bin Muhammad al-Fairuzabadi
Gelar : majdudin
Kunyah: Abu Thahir
Nama : Muhammad
Nisbah : bin Ya'kub bin Muhammad bin Ibrahim
Lahir :  Kazrawan sebuah kampung berhampiran Syiraz (Iran) pada  tahun 729 H
Wafat : 1329 M

Rihlah Fairuzabadi
Fairuzabadi ialah seorang ulama yang tawadhu’ dan luas ilmunya, di samping itu ia juga mendapat julukan lexicographer (ahli dalam bidang perkamusan) dan menjadi salah satu tokoh bahasa dan sastra. Saat berusia delapan tahun, Fairuzabadi mulai belajar bahasa dan sastra secara mendalam dari ayahnya sendiri dan dari al-Qawwam bin Najm serta ulama-ulama terkenal lainnya di Syiraz. Beliau juga belajar ilmu fiqih, mendengarkan hadits-hadits Shahih Bukhari dari Muhammad bin Yusuf al-Zarandi kemudian mengkajinya secara mendalam.
Tidak ada waktu tanpa buku” itulah semboyan dalam hidup Fairuzabadi yang selalu dahaga akan ilmu itu, sehingga beliau dikatakan sebagai ‘kutu buku’ yang kuat. Minat beliau terhadap buku-buku sangat besar, sehingga sanggup membeli meskipun harganya sangat mahal dan sulit didapati. Karena sering membelanjakan hartanya untuk membeli buku maka jika ia sudah tidak lagi memiliki uang  untuk membeli keperluannya, beliau menjual beberapa buku koleksinya dan membelanjakan uang hasil dari jualannya tersebut. Namun, jika sudah memiliki uang, maka beliau membeli buku lagi. Begitulah seterusnya.
Diceritakan bahwa beliau sentiasa berdampingan dengan buku-bukunya dimanapun ia menetap di suatu tempat atau sedang dalam perjalanan. Jika beliau berpergian selalu membawa beberapa buah peti yang penuh dengan buku. Beliau akan membaca buku-buku yang dikehendakinya setiap kali berhenti untuk istirahat, kemudian ditutupnya dan meneruskan perjalanannya.

Karyanya
  •  al-Qamus al-Muhit
  • al-Qamus al-Wasit 
  • al-Jami' lima Dhahaba min Kalam al-'Arab
  • Tahbir al-Mushin fi'l Ta'bir bi'l Sin wa'l Shin
  • Sharh Qasidat
  • al-Rawdh al-Masluf fima lahu Asman ila Aluf
  • al-Durur al-Muthathat fi'l Ghurar al-Muthalthalah
  • al-Muthalthal al-Kabir
  • Anwa' al-Ghayth fi Asma al-Layth
  • al-Jalis al-Anis fi Asma' al-Khandaris
  • Tafsir Fatihat al-Kitab
  • Tanwir al-Miqbas fi Tafsir Ibn 'Abbas
  • Rawdhat al-Nazir fi Tarjumat al-Shaykh 'Abd al-Qadir
  • al-Mirqat al-Wafiyyat fi Tabaqat al-Hanafiyyah
  • al-Mirqat al-Arfa'iyyah fi Tabaqat al-Shafi'iyyah
  • Manh al-Bari bi' Sil al-Fasih al-Jari fi Sharh Sahih al-Bukhari
  • al-Salat wa'l Bashar fi'l Salat 'ala Khayri'l Bashar
  •  'Uddat al-Ahkam fi Sharh 'Umdat al-Ahkam
Dan diantara karyanya yang sangat terkenal ialah Al-Qamus (Al-Muhit), yang telah mendapat sanjungan di seluruh dunia Islam dan merupakan buku yang paling banyak digunakan oleh para penulis.

Wafatnya
Ketika berusia lima puluh tahun, Fairuzabadi mengembara ke berbagai negara. Rihlah pertamanya  ke Syria dan tinggal di sana beberapa masa. Kesempatan itu telah digunakan oleh banyak orang untuk mengambil ilmu dari beliau dan kemudian namanya menjadi terkenal.
Fairuzabadi juga menggunakan kesempatan tersebut untuk bertemu dengan ulama-ulama terkenal di Syria seperti Ibnu Qayyim, Ibnu al-Hamawi, Ahmad bin Mattar An-Nablusi dan lain-lain. Kemudian beliau mengunjungi kota Kaherah dan beberapa kota lainnya di belahan utara sehingga sampai ke India.
Setelah itu, beliau berziarah ke kota Zabid di Yaman dan disambut dengan penuh penghormatan oleh Sultan al-Asraf Ismail bin Rasul yang memerintah Yaman ketika itu. Kebetulan Kadi Besar Yaman iaitu Jamaluddin Ar-Rini baru saja wafat, maka Sultan melantik Fairuzabadi menjadi qodhi  Besar. Hubungan Fairuzabadi dengan Sultan Yaman bertambah rapat lagi, karena seorang puteri Fairuzabadi yang sangat cantik jelita telah dinikahkan oleh Sultan Yaman tersebut.
Diceritakan bahawa Fairuzabadi pernah mempersembahkan sebuah karyanya kepada sultan di dalam sebuah dulang (nampan). Kemudian Sultan memenuhkan dulang tersebut dengan uang dirham dan diberikan kepada Fairuzabadi sebagai balasannya. Beliau menetap di Zabid sehingga wafat.

Lampiran
         Judulnya adalah kamus bahasa Arab yang komprehensif. Kamus yang disebut al-Qāmūs al-muḥīṭ adalah salah satu yang paling banyak digunakan dalam bahasa Arab selama hampir lima abad. ‘Penulis Qâmūs al-muḥīṭ’ secara luas dikenal karena leksikon Arabnya, yang menaungi luasnya tulisannya yang menakjubkan.
Al-Qamus Al-Muhit ("Lautan Sekitarnya"), al-Fayrūzabādī mengakui bahwa sebagian besar dibentuk sebagai penggabungan dan kompilasi dari dua kamus yang sudah ada sebelumnya yakni;
1.      al-Muhkam; oleh Ibn Sida (wafat 1066 M),
2.      al-ʿUbab al-Zakhir wa'l Lubab al-Fakhir (العباب الزاخر واللباب الفاخر); oleh Al-Saghani (meninggal tahun 1252). Kamus Al-Saghani adalah perluasan dari kamus Al-Sihah dari Al-Jawhari (meninggal sekitar tahun 1008), yang merupakan kamus inti dari bahasa Arab abad pertengahan.
Setelah penggabungan dua kamus tersebut Al-Fayrūzabādī  mengurangi ukurannya dengan menghilangkan contoh-contoh penggunaan, menghilangkan beberapa aspek tata bahasa penggunaan, dan meninggalkan sebagian besar hanya definisi sederhana, dan menghilangkan beberapa definisi yang kurang digunakan. Dia membuatnya lebih ringkas dengan seperangkat konvensi notasi yang singkat tetapi efektif. Ringkasnya masih berupa kamus besar dan komprehensif yang memuat dua volume besar dalam cetakan. Itu terbukti jauh lebih populer dengan pengguna daripada kamus besar Lisan al-ʿArab Ibnu Manzur (meninggal tahun 1312) yang berisi sejumlah besar kutipan dan contoh penggunaan.
Cetakan ini adalah volume yang diperluas dan dimodernisasi yang berisi indeks luas dari kata-kata yang dapat ditemukan dalam kamus ini. Kertas yang sangat tipis dan mudah dibawa satu volume yang ideal untuk penggunaan sehari-hari, meskipun hampir 2 KG. Ini berisi banyak anotasi untuk referensi silang kata yang ideal di kamus lain.

Baarakallahu fiekum!
Share:

0 komentar:

Posting Komentar