Lingkar Pertemanan

Kamu boleh merasa sedih, kesal ataupun marah saat kamu tahu jika teman mu tak bisa memperlakukan mu sama dengan yang lainnya. Kamu juga boleh tidak menerima sikapnya, tapi kamu juga perlu sadari jika baik atau tidaknya sikap mereka kepadamu tidaklah berpengaruh bagi kesuksesanmu. Jadi biarkan saja mereka bersikap begitu. Abaikan, kamu perlu bersikap bodo amat untuk melangkah lebih maju.

Kamu tidak seharusnya disibukkan dengan pikiran-pikiran negative tentang orang lain. Biarkan jika mereka tak bisa bersikap adil terhadapmu. Biarkan jika mereka tak mempedulikanmu. Pun jika mereka juga tak pernah menganggap kehadiranmu, biarkan saja. Sebab cita-cita dan karyamu tak bergantung dengan sikap yang mereka perbuat.

Seharusnya kita lebih disibukkan dengan pikiran-pikiran positive yang membangun. bukan pikiran negative yang justru membuat diri kita semakin terpuruk.

Perlu sadari ada mereka yang peduli dan tulus menyayangi. selama ada mereka yang senantiasa membimbing dan mendukung kita kenapa kita harus memikan pikiran-pikran negative dari orang yang sibuk mendendam.

Belajarlah bersikap bodoamat toh tanpa mereka kamu tetap bisa.

Seharusnya

Sudah kubilang berulangkali bahwa mengenang sesuatu yang sudah hilang tak akan pernah membuatmu tenang. Justru mengenang akan membuatmu kembali merasa terluka secara berulang.

Untuk apa mengenang jika itu membuatmu kembali merasa tersakiti . Untuk apa mengenang jika akhirnya justru membuatmu semakin susah melupakan. Untuk apa mengenang jika akhirnya membuatmu kembali dihantui bayang.  Untuk apa, jika akhirnya kau pun membuat luka semakin menganga.

Berulangkali kubilang; lupakan. Ia tak patut untuk dikenang. Lepaskan, sebab belenggu hatimu akan mengikat semakin erat. Sembuhkan dan maafkan dirimu, karena kamu berhak untuk itu. 

Seharusnya kau sadari, jika hatipun ingin menyudahi. Seharusnya kau sadari mengenangpun akan menyakiti diri sendiri. Seharusnya kau sadari, menyesal itu pasti. Namun kau pun perlu sadari, jika sesalmu tak akan berarti. Sudahi menyakiti diri dengan menyesali semua yang telah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur, kau pun perlu mengubur. Tak perlu sesali, kau hanya perlu perbaiki.

Ambilah hikmah. Petiklah buah pelajaran dari luka masa lalu, niscaya kau kan temukan kebahagiaan. Belajarlah memaafkan dengan hati yang lebih lapang, niscaya kau kan dapati ketenangan. Kemudian basuhlah luka masalalumu dengan menuliskan cerita indah pada lembaran yang baru.


Blurb CRUU

Muhammad Akhyar,  seorang remaja yang mulai tumbuh menjadi sesosok dewasa yang tegar. Dalam hidupnya ia tidak merasakan hangatnya kasih sayang keluarga terutama kasih sayang seorang umma –begitu ia biasa memanggil ibunya.

            Pada masanya ia pun pernah terombang-ambing tanpa pegangan, bak dahan ditengah lautan kemudain Allah mengirimkan sesosok sahabat yang baik dan setia. Ia yang selalu menemani dan menggenggam kedua  tangannya dikala suka maupun duka.

            Siapa sangka dari sosoknya yang selalu tampak ceria nyatanya lebih banyak menyimpan ribuan luka dan air mata. Hampir tidak ada seorangpun yang mengetahui sisi rapuhnya kecuali –Zabil sahabatnya.

            Perceraian yang terjadi duabelas tahun lalu antara ayah dan ummanya meninggalkan jejak trauma dalam dirinya. Sesosok ayah yang dahulu amat ia cintai dan hormati kini justru menjadi sosok yang paling ia benci.

            Ia tidak pernah menyangka ternyata ayah benar-benar kejam karena telah memisahkan dirinya dengan umma. Kemarin, setelah mendengar kebenaran tentang umma, batinnya merasa teriris. Ternyata selama ini ia salah membenci dan salah menduga akan umma.

            Sepuluh tahun terhitung semenjak ayah mengambil hak asuh atas dirinya, ia berpisah dari umma. Berpisah dalam artian benar-benar berpisah. Karena semenjak hari itu pula nama umma benar-benar dihapus dalam hidup dan ingatannya.

            Kini setelah ia mengerti kebenaranya, ia dihatui rasa gelisah dan bersalah akan umma. Ia ingin segera menemui dan meminta maaf kepadanya. Namun lagi-lagi ayah selalu menghalangi langkahnya. Siang malam ia memikirkan berbagai cara untuk bertemu umma, dan semakin ia memikirkannya semakin bertambah pula kerinduan dalam dadanya.

            Terkadang terbesit dalam benaknya ingin pergi dan kabur dari ayahnya. Namun disisi lain ia takut akan ancaman ayahnya. Apa daya ia tak memiliki kuasa dan bekal apa-apa. Hingga akhirnya kegelisahan itu terjawab dengan pertemuan yang tidak disengaja dengan paman –adik dari ummanya.

Berhasilkah Akhyar kembali dalam pelukan ibunya? Ataukah ia benar-benar terpenjara dalam kungkungan ayahnya?

Temukan jawabannya di dalam novel yang membongkar kisah lika-liku perjalanan cinta dan rindu yang menggebu nan penuh air mata ini. Selamat membaca!


From Allah to Allah

Gatau sering banget kalau sedang di kamar mandi suka kepikiran sesuatu. Kadang kala kamar mandi adalah tempat ternyaman untuk intropeksi ataupun tempat paling aman untuk menumpahkan resah dengan tangisan kecil, yaa cocok sekali buat ku yang sering bersikap seolah baik-baik saja, meski nyatanya sering berurai air mata. Ada yang sama?.

Atau, kamar mandi adalah tempat strategis untuk mencari ide-ide kecil. Btw, kalian pernah ga sih waktu di kamar mandi tiba-tiba muncul ide-ide baru yang sesekali suka muncul begitu aja tanpa berniat mencarinya?. Atau waktu kalian sedang ujian mata kuliah atau sekolah kalian sering izin ke kamar mandi cuma untuk mengingat beberapa rumus atau materi yang sempat terlupa. Hehe kiranya kita sama, pernah begitu. Yaap tak buruk-buruk amatlah.. setidaknya ketika sedang berada dalam kamar mandi waktu tidak benar-benar terbuang sia-sia. Mungkin. Pikirku begitu.

Tapi, tau gasih disisi lain kamar mandi itu tempat berhuninya jin. Bahkan dari buku yang pernah kubaca kamar mandi itu tempat favorite bagi jin. Mungkin kalau boleh diibaratkan yaa, bagi sebagian besar dari  kalangan cewe tempat favoritenya itu yaa Mall. Maka dari itu, kita dilarang berlama-lama di kamar mandi sebab itu tempat favorite bagi kalangan mereka. Hiii, kalau dipikir-pikir serem juga yaa..

Haduduh, baru sadar eimm klo keluar topik..

Back. Iyah jadi tetiba aku kepikiran sebuah kutipan dalam buku yang sedang kubaca, kira-kira begini.. "Kalau kita melakukan sesuatu itu harus diniatkan untuk Allah dan ditujukan pada Allah -from Allah to Allah- agar pekerjaan kita itu berbuah pahala dan tidak sia-sia."

Dari kutipan itu aku belajar, bahwa kita harus menggantungkan segala sesuatu hanya kepada-Nya. Dimulai dari niat untuk-Nya dan diakhiri dengan tujuan kepada-Nya, agar di dalamnya kita dapat menuai banyak pahala dan keberkahan. Jika boleh diibaratkan, niat itu layaknya seorang pemandu dalam sebuah perjalanan panjang pada jalan terjal lagi berkelok. Maka dengannya langkah kita juga menjadi lebih terarah dan tertuntun dengan baik. Tak akan lagi kita kan merasa terseok ataupun tersandung, sebab dengan niat itu kita akan merasa ada Allah, yang akan menuntun langkah kita, yang memberikan kita semangat dan pegangan agar pijakan kaki kita kokoh sehingga kita akan sampai pada tujuan dengan selamat  .

Hemmtt, "Boleh juga." batinku.

Kemudian aku berfikir tentang bisnis baru yang sedang ku jalani, "Sudah bener belum ya?" pikirku mengoreksi.

Satu kata -Oke- akhirnya aku memutuskan semuanya. Bismillah, memulai dengan menata niat yang lurus dan membangun tujuan yang lebih serius. Bismillah.. Bismillah.. Semoga berkah Ya Rabb..