Indahnya Ukhuwah

“Hai, apakabar? Lama engga kelihatan, kemana ajah?”
“Alhamdulillah sehat. Emtt.. Abis pulang” Senyumku garing
“Lama bener dirumahnya?
“Haha, iyanih lagi doyan”
“Gimana udah enakan, Sehatkan?”
“Iyanih, udah sehat ko..”
“Kok masih serak-serak gitu?”
“Haha, biasa proses buk!”
“Padahal baru aja aku mau telpon, eh kamunya udah keburu dateng.”
“Kenapa, kangen yak?”
______________
Setiap senyum dan sapa darinya menjadi kebahagiaan tersendiri bagiku.
<disini> bersamamu aku kan tetap bertahan.
“Makasih udah ngangenin aku ‘Adnan!”

Indahnya persahabatan dalam islam
Saling memberi tak mengharapkan balasan
Saling menyayangi dan menjaga perasaan
Ada sapa dalam diam
Ada senyum dalam pertemuan
Ada canda dalam kebersamaan
Ada rindu saat berjauhan

Dan semua terjalin diatas ridho dan keikhlasan.
#30HariBercerita#Cerita06

Terpaksa Rehat


“Niatnya melibur malah jadi melebur..”

Haha, sebenarnya belum waktunya libur sih.. tapi udah ngebet pengen ketemu Umma dan baby Qiya dirumah. Apalah daya saat hati berkehendak sedang diri tak mampu mengelak.
Setelah menimbang-nimbang akhirnya kuputuskan untuk pulang. Tapi semua tak semudah yang kau bayangkan, tak cukup kau berbekal “ingin” lalu kau bisa pulang se’enaknya. Asrama kami memiliki aturan dan kami wajib menaatinya.
“Ada banyak cara untuk pulang, tak perlu risau!” gumamku menenangkan diri sendiri
Kebetulan Umma akan mengadakan walimatus safar. Yah, mungkin ini bisa menjadi alasan pikirku remeh.
________
Tak terasa sepuluh hari berlalu, aku masih di rumah..
Meninggalkan asrama, meninggalkan seabrek tugas kuliah, meninggalkan delapanbelas mata kuliah..aku hanya bisa geleng-geleng kepala saat menyadarinya.
Tapi aku benar-benar merasa baru sebentar barang satu sampai duahari saja.
Yaa gimana mau dirasa lama? Pasalnya aku tak bisa menikmati hari liburku dengan baik dan harus istirahat total. Nempel kasur mulukk.. lah siapasih yang demen? Penginnyakan refreshing sejenak nyambi cuci mata gitu deh..
Apalah daya saat kepala terasa berat untuk disangga; pusing, pening tak kepalang. Sedang lubang pernafasan mulai mampet tertutup lendir-lendir dan lidah tak lagi mau mengecap rasa.
Ah, rupanya tubuh ini enggan diajak kompromi.
Yah, mungkin Umma menginginkan aku lebih lama disisinya.
Mungkin adek-adek juga masih kangen kakaknya.

#30HariBercerita#cerita04


Never Give Up!


“Lho Dev, kok belum balik?”  lagi-lagi aku kepergok tante Icha sedang asyik main gadget dikamar
Aku hanya membalas pertanyaannya dengan senyuman. “Kapan masuk rumahnya ya, kok tiba-tiba udah duduk disampingku?” gumamku.
“Sana lho ndang mangkat, nanti aku ditanyain sama mbak Aisyah lagi!” Ucapnya seraya menyenggol lenganku.
“memang Bu Aisyah tanya apa?”
“Ya nanyain kamu gitu, kapan mau balik? Nanti keburu ketinggalan materi kuliah. Apa mau ambil cuti aja? Biar tahun ini difokuskan untuk therapy. Kan tahun depan masih bisa mengulang lagi.”
“Emolah ambil cuti, malah kuliahe tambah suwi.. Nanti kalau urusannya udah selesai juga bakal balek sendiri” jawabku cuek.
_________
Kok aku jadi sebel gini yaa.. kan jadinya seakan-akan aku gak niat kuliah.

Kalau aja dia tau, kalau aku kuliah juga pake modal mental baja bukan asal berangkat tapi juga sudah mempersiapkan matang-matang. Ngejalaninya aja butuh tenaga ekstra, udah susah payah masa iya sih kesempatan emas di sia-siakan begitu saja.

Tak semua harus dihukumi seperti yang terlihat, dan tak semua yang tersembunyi harus diperlihatkan. Ayolah coba saling berhusnudzon… karena perasangka buruk adalah sedusta-dustanya ucapan!

Setidaknya, sebagai pembimbing yang baik men-Support bukan malah mematahkan semangat.

Semua kan ada masanya Bu, kapan aku harus berjuang dan kapan aku harus berhenti dan beristirahat. Tak perlulah menghakimi keadaanku, karena aku juga sedang berjuang untuk menyamai yang lain. Meski ku tau perjuanganku memakan waktu yang panjang namun ku yakin perjuangan dan  penantianku takkan pernah sia-sia. 😌

#terkadangMemangMenyakitkan#Bakoh
#30HariBercerita#cerita05

Thanks For Today!

"Makasih buat hari ini, Kamu buat aku bahagia."

Entah mengapa, minggu ini terasa amat melelahkan. Tugas kuliah numpuk, evaluasi dadakan, dan beberapa tugas lain yang terkadang menjenuhkan. Semua aktivitas harian yang kujalani monoton, tak ubahnya jarum jam yang berputar pada angka yang sama setiap harinya.

Tiga hari berturut-turut terpaksa lembur, sebab beberapa dosen berebut minta di dahulukan. Akibatnya tubuh terasa lunglai, mata sayu kekurangan istirahat, otak lamban beroperasi; terkadang tak fokus bahkan tak tersadarkan dan terlelap.

Weekend ini, sebenarnya selepas tasmi’ aku dan naila mengagendakan untuk haflah bareng.
Tapi sebelum hari H mendadak naila drop dan memutuskan untuk berobat.

Mengalah aku mengubah acara.

Ku ajak fayya jalan-jalan, bermodalkan ‘ingin’ aku berangkat tanpa tujuan.
Alhasil, kami sekedar menyusuri jalan yang memisahkan antara sungai Bengawan Solo dan perumahan para warga. Dengan mengendarai motor Supra butut keluaran 2003, kami kepayahan; payah motor butut tanpa klakson serta lampu sen dan speedometer yang taklagi berfungsi dan terkadang suka mogok.

Siapa sangka motor inipun susah untuk di ‘engkol’ sebab staternya tak lagi berfungsi. Beberapakali fayya nampak kesulitan untuk menyalakannya, sehingga menjadikan pusat perhatian orang sekitar. Tak segan yang baik hati menolong kami; malu sih iyaa.. tak perlupun kau tanya aku kan mengatakannya.

“Memang butuh tenaga super!” gumamku sebal

Haha, ujung-ujungnya pun sekedar beli es degan dan cilok pinggiran.
Nyatanya memang, bahagia itu sederhana yah fayy…
#30HariBercerita#Cerita


Nuhya Jatuh Cinta

“Kenapa yah, kalau papasan sama ikhwan dijalan aku suka deg-degan?” celetuknya dikesunyian jam istirahat kuliah.
“Cie...” serbu Adnan
“Iyaloh! Coba deh kalau dibandingkan sama ikhwan non-taklim, pasti biasa aja!”
“Haiyoo, ada makna tersirat nih!” Dev tak mau kalah.
“Rasanya kayak ada getaran-getarannya gitu!”
“Getaran iman kalik yaa? Wkwkwk” imbuhnya sembari tertawa cengengesan
“Apa’an sih kamu tik..*cantik” serbu salah satu dari kami.
_________________
“Tak biasanya Nuhya menyinggung perihal cinta.” Gumamku dalam hati
“Nuhya, rupanya kamu sudah dewasa nak!” sembari kumemperhatikannya dari kejauhan.
*Pukpuk kutepuk pundaknya dalam imajinasi
#30HariBercerita

#cerita03

Bahaya Meremehkan Dosa


Dosa, setiap orang pasti tak pernah lepas darinya; Itu sudah menjadi sunnatullah bagi manusia sebagai hamba yang tak pernah luput dari salah dan alpa. Namun, meski begitu seharusnya bagi kita untuk tidak meremehkan dosa. Karena meremehkan dosa; kecil maupun besar akan mengundangmurka Allah. Dan seyogyanya kita menjaga diri darinya.
Sebagai seorang muslim yang bersaudara; diatas tali keimanan, patutlah kiranya kita saling mengingatkan agar terhindar dari dosa dan meremehkannya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.

Rasulullah telah mewanti-wanti umatnya akan dosa yang seringkali dianggap remeh. Dan beliau menyebutnya sebagai Muhqirat adz-Dzunub.

Diriwayatkan dari Imam Ahmad dalam musnadnya; menyebutkan Sahal bin Sa’ad ia berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: jauhilah dari kalian Muhqirat adz-Dzunub. Sesungguhnya Muhqirat adz-Dzunub itu seperti suatu kaum yang singgah disuatu lembah, kemudian datang orang yang membawa satu dahan (kayu bakar) dan yang lainnya juga demikian sampai mereka mengumpulkan banyak kayu bakar yang bisa mematangkan roti mereka. Sesungguhnya Muhqirat adz-Dzunub itu kapan pelakunya dibalas maka akan menghancurkannya. (HR. Ahmad dan dishohihkan oleh al-Bani)
Dan yang dimaksud Muhqirat adz-Dzunub adalah menganggap kecil suatu dosa yang bisa menjadikannya besar disisi Allah.
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Jauhilah oleh kalian Muhqirat adz-Dzunub, karena ia akan berhimpun pada seseorang sehingga ia akan membinasakannya.”

Berdasarkan hadits tersebut dapat disimpulkan, bahwa Muhqirat adz-Dzunub sudah ada semenjak zaman Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan dikuatkan oleh perkataan Anas bin Malik –Radhiallahu anhu-: “Kalian sekarang melakukan perbuatan dosa yang dimata kalian perbuatan itu lebih tipis dari pada sehelai rambut.” dan Rasulullah memasukkan dalam perkara yang dapat membinasakan, lalu bagaimana dengan zaman akhir ini?

Dan diantara bahaya dari meremehkan dosa adalah:



  1.  Kehancuran bagi pelakunya.
  2. Dosa besar.

Ibnu Mas’ud berkata: “Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk disebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (gemar maksiat) ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang hinggap dihidungnya kemudian ia menepisnya.


Al-Imam Al-Ghazali berkata: Dosa kecil bisa menjadi besar dengan beberapa sebab, di antaranya: dianggap kecil dan dilakukan terus-menerus. Sesungguhnya suatu dosa ketika dianggap besar oleh seorang hamba maka akan menjadi kecil di sisi Allah. Dan setiap dianggap kecil maka akan besar di sisi Allah."

Maka senantiasalah merasa takut akan balasan dan adzab Allah, bila mana kita tergelicir maka segeralah bertaubat dan menutupnya dengan kebaikan; agar noda-noda tersebut akan bersih kembali.

Rasulullah  bersabda: “Sesungguhnya jika seorang hamba berbuat kesalahan atau dosa, maka dititikkan pada hatinya satu titik hitam. Namun bila ia menarik diri atau berhenti dari dosa tersebut kemudian beristighfar dan bertaubat; maka dibersihkan hatinya dari titik hitam itu. Akan tetapi bila ia tidak bertaubat dan kembali berbuat dosa maka bertambahlah ttitik hitam tersebut, hingga mendominasi hatinya. Dengan begitu maka hatinya akan tertutup oleh titik-titik hitam itu.”
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.



Semoga kita semua dapat terlindung dari tertutupnya hati karena dosa dan kemaksiatan yang kita lakukan. Wallahu a’lam bisshowab!

Idola "mengidolakan"

Naila: “Dev, pinjem kitabmu dong!”
Dev: *mengangguk,
Naila: “Eh Dev.. kamu-orang ngefans banget ya ama Taqy?” ucapnya dengan logat Medan yang kental, dan terkadang membuatku salah memahami ucapannya.
Dev: “hah? Maksudnya?”
Naila: “ Iyanih, nama Taqy aja kamu pake.”
Seraya menunjukkan kitab dengan name tag Husna taqiyya
Dev: *tersenyum cengengesan menahan tawa
“Apalah kamu nih, salah faham pulak. Itu nama adekku tayang.” cubitnya gemas
Naila: *masih cemberut
“Seriusan geh..?” Ia menimpali
Dev: “Iya beneran itu kitabnya adekku.” -_-
Naila : “Terus kemarin itu apa?”
Teringat dua hari yang lalu Naila sempat memergokiku tengah menonton vlog milik si Taqy. Apalah itu judulnya aku lupak 😅😋 kalau gak salah Mengenal lima irama tilawah Imam besar dunia. 
Dikiranya aku followersnya taqy kali yak? *Dukpuk (tepok jidat)

Dev: “Ampun deh Naila, maaf-maaf nih ya aku bukan followersnya. Takut banget sih bakal tersaingi.” Ucapku gemas.
*          *          *

Seringkali seseorang amat berlebihan perihal idola-mengidolakan. Padahal jika ditelesik dan dikalkulasikan, mengidolakan lebih banyak membuang waktu dan energi dari pada memberikan manfaat yang positive.

Terkadang sempat terlintas beberapa pertanyaan yang seringkali membuatku terheran-heran “Apasih yang mereka peroleh?"

Sebenarnya tidak salah mengidolakan seseorang; selama tidak membawa dampak negative pada diri sendiri. Namun seyogyanya mengidolakan seseorang yang sudah terbukti ke sholihannya itu lebih baik, contohnya Rasulullah –Shalallahu alaihi wa sallam-  yang dalam dirinya terdapat ribuan kebaikan; atau para sahabat dan tabi’in yang masyhur dengan fadhilah-fadhilahnya. Dan bukankah sudah sepatutnya sebagai seorang muslim mengidolakan Rasulullah –Shalallahu alaihi wa sallam-  sang suri tauladan terbaik sepanjang zaman, yang mana dengan kemuliaannya menjadikan ketentraman bagi siapa saja yang berada sekelilingnya. Berdasarkan firman-Nya:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)

Dan sabdanya:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ « وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ ». قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِنَّك مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ.

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bercerita: “Pernah seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia bertanya: “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah siapkan untuk hari kiamat”, orang tersebut menjawab: “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”, beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai”, Anas berkata: “Kami tidak pernah gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.” (HR. Muslim)

Berdasarkan hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa; seseorang akan dibangkitkan bersama orang yang mereka cintai. Lalu pertanya'annya, bersama siapakah kita akan dibangkitkan?

Tak ada salahnya mengidolakan seseorang, asalkan jangan berlebihan dalam bersikap dan tak lupa; Idolakanlah pada orang yang tepat!

Semoga dengan ini, kita bisa lebih waspada dalam memilih idola. 

Wallahu a’lam bisshowaab wa Baarakallahu fiekum!

#30Haribercerita #cerita02

Kirain Gombal

“Hai, apakabar hari ini?” sapaku padanya disebuah lorong.
“Hehe..” ucapnya  tersenyum
“Eh tunggu..!” sembari mengejar langkahku
“Iyap?”  Tanyaku keheranan
“Tau gk, ada yang lagi kangen sama kamu..!” mengulurkan tangannya.
 Spontan ku tepis gerakan lamban saat jemarinya hendak menyentuh wajahku,
“Hah?” galfok
“Iya, ada yang kangen kamu..” jemarinya menyentuh kelopak mataku seraya menunjukkan sehelai bulu mata yang terlepas.
“Ooh, kirain!” *baru nyambung rupanya.
“Siapa, yang kangen? Mencoba kumenebak
“Emt.. yaa…. Yasiapa aja!” kali ini jawabanya meleset dari perkiraanku.
“Yawdah, maunya kamu ajah yang kangen sama aku..!” jawabku berlalu.
Entah mengapa aku merasa tak pantas berucap demikian padanya, rasanya maluu sekali untuk berucap begitu; meski hanya sekedar lelucon. Mungkin ia sedikit terkejut, yah pasalnya aku  selalu kaku pada lelucon dan sapanya yang seringkali menghangatkan suasana.
“Bolehlah.. kalo kamu maunya gitu.”
Unch.. Unch..!! dia memang yang ter 💗💗

#30hariBercerita
#Cerita01

Mengenal Darah Haid

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, yang senantiasa kami haturkan kepada-Nya dan kepada-Nya kami memohon ampunan, pertolongan serta perlindungan dari segala kejahatan jiwa kita dan keburukan amal yang kita lakukan. Barangsiapa yang di sesatkan oleh Allah, maka tidak ada seorangpun yang dapat memberikannya petujuk. Dan barangsiapa yang Allah beri petunjuk dan hidayah-Nya, maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya.
            Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada satu-satunya pemimpin umat Islam, baginda Rasulullah dan keluarganya, para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia di jalan yang lurus hingga akhir zaman nanti.
            Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah Ta’ala. Alhamdulillah dengan izin Allah beserta taufik dan rahmat-Nya, disini saya akan menyampaikan beberapa hal yang berkenaan dengan darah haid.
Pengertian
Haid secara bahasa adalah sesuatu yang mengalir. Yang dimaksud disini adalah darah yang keluar dari pangkal rahim seorang wanita dalam keadaan sehat; tidak melahirkan atau sedang sakit, pada masa tertentu.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, ‘Haid itu adalah suatu kotoran.’ Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” [Al-Baqarah: 222].
Ciri-ciri Darah
Sebagaimana disepakati oleh seluruh ahli Fiqih, darah haid yang keluar pada hari-hari biasa setiap bulan biasanya berwarna kehitaman atau kemerahan atau kuning atau keruh seperti  tanah  atau air yang kotor. Memiliki bau yang menyengat atau bacin. [1]
Pembagian
Terkait dengan haid, wanita terbagi kedalam tiga jenis yaitu:
1.      Mubtada’ah: ialah wanita yang mengalami haid untuk pertama kalinya.
2.      Mu’tadah: ialah wanita yang terbiasa mengalami haid pada hari-hari tertentu dalam tiap bulannya.
3.      Mustahadzah: ialah wanita yang darahnya tak berhenti keluar, baik setelah haid atau diluar hari kebiasaan haid. [2]
Usia Ketika Mengalami Haid
Biasanya seorang wanita mubtada’ah mengalami haid pada usia sembilan tahun Qomariyah (Hijriyah) sampai pada masa menopause, sedangkan darah yang keluar pada usia kurang dari itu atau setelah menopause maka dikatakan istihadhah (darah rusak).
Menurut pendapat Hanafiyah seorang mengalami menopause pada usia 55 tahun. Sedangkan Malikiyah berpendapat pada usia 70 tahun. Syafi’iyah tidak ada batasan usia bagi wanita yang mengalami putus haid, tetapi menurut kebiasaan kebanyakan wanita; mengalami menopause pada usia 62 tahun, Hanabilah pada usia 52 tahun. Mereka berpegang pada perkataan ‘Aisyah, “Apabila perempuan mencapai umur 50 tahun, maka dia telah keluar dari batasan haid.” ‘Aisyah juga mengatakan “Dia tidak mengandung lagi setelah mencapai umur 50 tahun.” [3]
Masa Haid
Masa haid seorang wanita sesuai dengan kebiasaannya. Namun tidak adanya nash yang mengatakan itu. Maka dengan tidak adanya nash yang menyebutkan adanya batasan masa haid menjadikan perbedaan pendapat diantara para ulama, diantaranya:
Hanafiyah berpendapat masa haid paling sedikit adalah tiga hari tiga malam, pertengahannya lima hari, sedangkan masa paling lamanya sepuluh hari sepuluh malam. Kurang dan lebihnya dari hal tersebut termasuk darah istihadhah. Malikiyah membatasi paling sedikitnya adalah waktu barang sebentar atau sekejap, paling lamanya lima belas hari. Sedangkan Syafi’iyah dan Hanabilah keduanya berpendapat paling sedikit adalah sehari semalam. Namun kebanyakan dari wanita mengalami haid selama enam sampai tujuh hari,  selama-lamanya adalah lima belas hari. Maka selebihnya dari hal tersebut adalah istihadhah. [4]
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Fathimah binti Abu Hubaisy memberitahu kepada Rasulullah SAW, “Sesungguhnya saya seorang perempuan yang beristihadlah, karena itu aku tidak suci, bolehkah aku meninggalkan shalat?”. Maka Rasulullah SAW menjawab, “Sesungguhnya yang demikian itu hanya gangguan urat, bukan haid. Oleh karena itu bila datang haid tinggalkanlah shalat, lalu apa bila waktu haid sudah habis, maka cucilah darah itu darimu, dan shalatlah”. [HR. Bukhari, Nasai dan Abu Dawud]
Masa Suci diantara Dua Haid
Jumhur fuqoha’ selain Hanabilah berpendapat batas minimalnya adalah limabelas hari, karena dalam satu bulan tidak terlepas dari haid dan suci.
Sedangkan menurut Hanabilah tigabelas hari. Hal ini berdasarkan riwayat Imam Ahmad dari Ali -radhiyallahu ‘anhu- bahwa seorang wanita yang telah dicerai suaminya datang menemui Ali dan mengaku bahwa ia mengalami haid satu bulan sebanyak tiga kali. Lalu, Ali berkata kepada Qadhi Syuraih, “Putuskan fatwa berkenaan dengan kasusnya.” Maka Qadhi Syuraih pun berkata, “Jika dia dapat mendatangkan saksi dari kalangan keluarganya yang dapat dipercayai dari segi agama dan amanahnya, maka hendaklah wanita tersebut membawa saksi. Tetapi jika tidak, maka dia pendusta.” Lalu Ali mengatakan kata qolun , yaitu bahasa Romawi yang artinya ‘bagus’. Perkataan Ali ini menunjukkan persetujuannya terhadap keputusan Qadhi Syuraih. Inilah qaul shahabi yang masyhur dan tidak ada yang menentangnya.
Adanya tiga haid dalam satu bulan menjadi bukti bahwa tigabelas hari dapat diyakini sebagai masa suci yang sebenarnya. Dan menurut kesepakatan seluruh ahli fiqih tidak adanya batasan berapa lama ia berada dalam kondisi suci dari haid. [5]
Wallahu a’lam bishowaab!
  
[1] Wahbah az-Zuhaili, al-Wajiz fi Fiqhi Islami Jld.1, (Damaskus: Darul Fikr, 2005M) hal.118-119
[2] Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhajul Muslim, (Beirut: Darul Fikr, 2003   M) hal.159-160
[3] Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jld.1, Cet.Ke-10, (Damaskus: Darul Fikr,2007M) hal.509
[4]  Wahbah az-Zuhaili, al-Wajiz fi Fiqhi, Ibid

[5] Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Ibid, hal.513-514

Morning March


Morning march,
Semoga harimu kan baik-baik saja
Semoga segala luka kan ada pelipurnya
Semoga segala kecewa  kan terlupa
Semoga segala harap kan menjadi nyata
Semoga segala duka kan berganti bahagia
.
.
Hai, apa kabar kamu hari ini?

Jangan lupa bahagia J