Idola "mengidolakan"

Naila: “Dev, pinjem kitabmu dong!”
Dev: *mengangguk,
Naila: “Eh Dev.. kamu-orang ngefans banget ya ama Taqy?” ucapnya dengan logat Medan yang kental, dan terkadang membuatku salah memahami ucapannya.
Dev: “hah? Maksudnya?”
Naila: “ Iyanih, nama Taqy aja kamu pake.”
Seraya menunjukkan kitab dengan name tag Husna taqiyya
Dev: *tersenyum cengengesan menahan tawa
“Apalah kamu nih, salah faham pulak. Itu nama adekku tayang.” cubitnya gemas
Naila: *masih cemberut
“Seriusan geh..?” Ia menimpali
Dev: “Iya beneran itu kitabnya adekku.” -_-
Naila : “Terus kemarin itu apa?”
Teringat dua hari yang lalu Naila sempat memergokiku tengah menonton vlog milik si Taqy. Apalah itu judulnya aku lupak 😅😋 kalau gak salah Mengenal lima irama tilawah Imam besar dunia. 
Dikiranya aku followersnya taqy kali yak? *Dukpuk (tepok jidat)

Dev: “Ampun deh Naila, maaf-maaf nih ya aku bukan followersnya. Takut banget sih bakal tersaingi.” Ucapku gemas.
*          *          *

Seringkali seseorang amat berlebihan perihal idola-mengidolakan. Padahal jika ditelesik dan dikalkulasikan, mengidolakan lebih banyak membuang waktu dan energi dari pada memberikan manfaat yang positive.

Terkadang sempat terlintas beberapa pertanyaan yang seringkali membuatku terheran-heran “Apasih yang mereka peroleh?"

Sebenarnya tidak salah mengidolakan seseorang; selama tidak membawa dampak negative pada diri sendiri. Namun seyogyanya mengidolakan seseorang yang sudah terbukti ke sholihannya itu lebih baik, contohnya Rasulullah –Shalallahu alaihi wa sallam-  yang dalam dirinya terdapat ribuan kebaikan; atau para sahabat dan tabi’in yang masyhur dengan fadhilah-fadhilahnya. Dan bukankah sudah sepatutnya sebagai seorang muslim mengidolakan Rasulullah –Shalallahu alaihi wa sallam-  sang suri tauladan terbaik sepanjang zaman, yang mana dengan kemuliaannya menjadikan ketentraman bagi siapa saja yang berada sekelilingnya. Berdasarkan firman-Nya:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)

Dan sabdanya:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ « وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ ». قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِنَّك مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ.

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bercerita: “Pernah seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia bertanya: “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah siapkan untuk hari kiamat”, orang tersebut menjawab: “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”, beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai”, Anas berkata: “Kami tidak pernah gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.” (HR. Muslim)

Berdasarkan hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa; seseorang akan dibangkitkan bersama orang yang mereka cintai. Lalu pertanya'annya, bersama siapakah kita akan dibangkitkan?

Tak ada salahnya mengidolakan seseorang, asalkan jangan berlebihan dalam bersikap dan tak lupa; Idolakanlah pada orang yang tepat!

Semoga dengan ini, kita bisa lebih waspada dalam memilih idola. 

Wallahu a’lam bisshowaab wa Baarakallahu fiekum!

#30Haribercerita #cerita02
Share:

0 komentar:

Posting Komentar